Home » » MENGENAL BANGUNAN IRIGASI

MENGENAL BANGUNAN IRIGASI

Sebagai suatu ilmu pengetahuan, irigasi tidak saja membicarakan dan menjelaskan metode-metode dan usaha yang berhubungan dengan pengambilan air dari bermacam-macam sumber, menampungnya dalam suatu waduk atau menaikkan elevasi permukaannya, serta menyalurkan serta membagi-bagikannya ke bidang-bidang tanah Irigasi adalah segala usaha manusia yang berhubungan dengan perencanaan dan pembuatan sarana untuk menyalurkan serta membagi air ke bidang-bidang tanah pertanian secara teratur, serta membuang air kelebihan yang tidak diperlukan lagi.
yang akan diolah, tapi juga mencakup masalah-masalah pengendalian banjir, sungai dan segala usaha yang berhubungan dengan pemeliharaan dan pengamanan sungai untuk keperluan pertanian.


MENGENAL BANGUNAN IRIGASI

 
Keadaan-keadaan dimana irigasi diperlukan
I.2.  Keuntungan-keuntungan Irigasi


I.3.  Tingkat-tingkat Jaringan Irigasi


Tidak semua daerah yang terdapat usaha-usaha pertanian atau perkebunan memerlukan irigasi. Irigasi biasanya diperlukan pada daerah-daerah pertanian dimana terdapat satu atau kombinasi dari keadaan-keadaan berikut :



- Curah hujan total tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman akan air.
- Meskipun hujan cukup, tetapi tidak terdistribusi secara baik sepanjang tahun.
- Terdapat keperluan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian yang dapat dicapai melalui irigasi serta dinilai layak dilaksanakan baik ditinjau dari segi teknis, ekonomis maupun sosial.


Pada umumnya proyek-proyek irigasi dilaksanakan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan, meskipun akhir-akhir ini kita banyak mendengar apa yang dinamakan proyek kemanusiaan yang tidak terlalu memperhitungkan keuntungan langsung yang dapat dinilai dalam bentuk mata uang. Karena disamping keuntungan langsung, terdapat juga keuntungan tidak langsung    antara lain :


- Membantu pengembangan daerah secara umum.
- Meningkatkan daya pengadaan bahan baku.
- Penyediaan lapangan kerja terutama pada waktu pelaksanaan proyak irigasi.
-  Meningkatkan nilai tanah milik.
- Membuka kemungkinan pengusahaan penanaman jenis-jenis tanaman lainnya yang memberikan hasil cukup besar.
- Membuka peningkatan kebudayaan masyarakat.
- Pelayaran.
- Penyediaan sumber air minum atau air bersih.



I.4.  Keburukan-keburukan Irigasi
Disampinng keuntungan-keuntungan yang ditimbulkan, irigasi dapat juga menimbulkan akibat yang kurang baik pada daerah bersangkutan, yaitu  antara lain :
- Iklim menjadi dingin dan lembab, sehingga menimbulkan gangguan pada daerah yang sebelumnya sudah dingin dan lembab.
- Jaringan irigasi yang perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan kurang baik akan menimbulkan genangan air yang dapat memberikan kesempatan bagi perkembangbiakan nyamuk yang dapat menjadi sumber penyakit malaria.
- Irigasi secara berlebihan dapat menimbulkan kejenuhan yang terlalu tinggi pada tanah, yang dapat menimbulkan kerusakan pada tanaman. Ini terjadi terutama pada daerah-daerah yang drainasenya kurang baik.


I.5. Tujuan Irigasi
 Tujuan irigasi secara langsung maupun tidak langsung untuk pertanian adalah sebagai berikut:


Ø  Membasahi tanah,
       Dengan membasahi tanah dimaksudkan agar :
Ø  Tanah menjadi lunak sehingga mudah diolah
- Zat-zat makanan dalam tanah yang diperlukan tanaman dapat larut sehingga mudah diserap oleh akar tanaman.
- Mencukupi lengas lapang dari tanah agar tetap dalam prosentase yang diperlukan tanaman untuk tumbuh terutama pada musim kering.


Ø  Merabuk atau menambah kesuburan tanah
Ø  Mengatur suhu tanah
Ø  Memberantas hama
Ø  Membersihkan tanah
Ø  Mempertinggi muka air tanah
Ø  Kolmatasi, yaitu peninggian muka tanah dengan mengendapkan lumpur dari air irigasi sehingga dengan demikian diperoleh suatu lapisan permukaan tanah yang subur.


Berdasarkan cara pengaturan, pengukuran aliran air dan lengkapnya fasilitas, jaringan irigasi dapat dibedakan dalam 3 tingkatan, yaitu :


1. Jaringan irigasi sederhana
2. Jaringan irigasi semi teknis
3. Jaringan irigasi teknis
Dalam konteks standarisasi ini, hanya jaringan irigasi teknis saja yang ditinjau. Bentuk irigasi yang lebih maju ini cocok dipraktikkan disebagian proyek irigasi di Indonesia. Dalam suatu jaringan irigasi dapat dibedakan adanya 4 unsur fungsional pokok, yaitu :


- Bangunan-bangunan utama dimana air diambil dari sumbernya, umumnya dari sungai atau waduk.


- Jaringan pembawa atau saluran yang mengalirkan air irigasi ke petak-petak tersier.
- Petak-petak tersier dengan sistem pembagian air dan sistem pembuangan kolektif, air irigasi dibagi-bagi dan dialirkan kesawah-sawah serta kelebihan air ditampung dalam suatu sistem pembuangan didalam petak tersier.
- Sistem pembuangan yang ada diluar daerah irigasi untuk membuang kelebihan air ke sungai atau saluran-saluran alamiah.


Ad.1. Jaringan Irigasi Sederhana
Didalam proyek-proyek sederhana, pembagian air tidak diukur atau diatur, air kelebihan akan mengalir ke selokan pembuangan. Para pemakai air tergabung dalam suatu kelompok sosial yang sama dan tidak diperlukan keterlibatan pemerintah dalam jaringan organisasi semacam ini. Persediaan air biasanya melimpah dan kemiringan berkisar antara sedang sampai curam. Oleh karena itu hampir tidak diperlukan teknik yang sulit untu pembagian air. Jaringan irigasi yang masih sederhana ini mudah diorganisir tapi memiliki kelemahan yang serius.
Pertama-tama ada pemborosan air, dan karena pada umumnya jaringan irigasi itu terletak di daerah yang tinggi, air yang terbuang tidak selalu dapat mencapai daerah rendah yang subur. Kedua terdapat banyak penyadapan yang memerlukan banyak biaya dari penduduk karena setiap desa membuat jaringan dan pengambilan sendiri-sendiri. Karena bangunan pengelaknya bukan bangunan tetap atau permanen, maka umurnya mungkin pendek.


Ad. 2. Jaringan Irigasi Semi-Teknis
Dalam kebanyakan hal, perbedaan satu-satunya antara jaringan irigasi sederhana dengan jaringan irigasi semi-teknis ialah bahwa yang yang belakangan ini terletak di tepi sungai lengkap dengan pengambilan dan bangunan pengukur dibagian hilirnya. Mungkin juga dibangun beberapa bangunan permanen dijaringan saluran. Sistem pembagian air biasanya serupa dengan jaringan sederhana. Adalah mungkin bahwa pengaliran dipakai untuk melayani daerah yang lebih luas daripada daerah layanan jaringan  sederhana. Oleh karena itu biayanya ditanggung oleh lebih banyak daerah layanan. Organisasinya lebih rumit dan jika bangunan tetapnya berupa pengambilan dari sungai, maka diperlukan lebih banyak keterlibatan dari pemerintah, dalam hal ini Departemen Pekerjaan Umum.


Ad. 3.  Jaringan irigasi teknis.
Salah satu prinsip dalam perencanaan jaringan irigasi teknis adalah pemisahan antara jaringan irigasi dan jaringan pembuang. Hal ini berarti bahwa baik saluran irigasi maupun saluran pembuang bekerja tetap sesuai dengan fungsinya masing-masing, dari pangkal hingga ujung. Saluran air irigasi mengalirkan air lebih dari sawah-sawah ke selokan-selokan pembuang yang alamiah yang kemudian akan membuangnya ke laut.
Petak tersier menduduki fungsi sentral dalam jaringan irigasi teknis. Sebuah petak tersier terdiri dari sejumlah sawah dengan luas keseluruhannya berkisar antara  50 s/d 100 ha, kadang-kadang sampai 150 ha. Petak tersier menerima air dari suatu tempat dalam jumlah yang sudah diukur dari suatu jaringan pembawa yang diatur oleh Dinas Pengairan. Pembagian air dalam petak tersier diserahkan kepada petani. Jaringan saluran tersier dan kuarter mengalirkan air ke sawah. Kelebihan air ditampung dalam suatu jaringan pembuang tersier dan kuarter yang selanjutnya dialirkan ke saluran pembuang primer.
Jaringan irigasi teknis yang didasarkan pada prinsip diatas adalah cara pembagian air yang paling efisien dengan mempertimbangkan waktu merosotnya persediaan air serta kebutuhan-kebutuhan pertanian.

Jaringan irigasi teknis memungkinkan dilakukannya pengukuran aliran, pembagian air irigasi dan pembuangan air secara lebih efisien. Jika petak tersier hanya memperoleh air pada salah satu tempat saja pada jaringan utama, hal ini akan memerlukan jumlah bangunan yang lebih sedikit disaluran primer, ekploitasi yang lebih baik dan pemeliharaan yang lebih murah dibandingkan dengan apabila setiap petani diizinkan untuk mengambil sendiri air dari jaringan pembawa. Kesalahan dalam pengelolaan di petak-petak tersier juga tidak akan mempengaruhi pembagian air di jaringan utama. Dalam hal ini khusus dibuat sistem gabungan (fungsi saluran irigasi dan pembuang digabung). Walaupun jaringan ini memiliki keuntungan-keuntungan tersendiri, kelemahannya juga amat serius sehingga sistem ini umumnya tidak akan diterapkan. Keuntungan yang dapat diperoleh dari jaringan ini adalah pemanfaatan air yang lebih ekonomis dan biaya pembuatan saluran lebih rendah, karena saluran pembawa dapat dibuat lebih pendek dengan kapasitas yang lebih kecil. Kelemahannya adalah jaringan-jaringan semacam ini sulit diatur dan dieksploitasi, lebih cepat rusak dan menampakkan pembagian air yang tidak merata. Bangunan-bangunan tertentu didalam jaringan tersebut akan memiliki sifat-sifat seperti bendungan dan relatif mahal.


I.7.  Peta Petak
Pada peta irigasi terlebih dahulu dibuat peta petak yang merupakan dasar untuk menentukan ukuran berbagai pekerjaan yang diperlukan. Dari peta terlihat seluruh daerah yang akan dialiri, batas dan luasan petak, petak sekunder, tersier dan saluran pembuang. Lokasi pengambilan air pada irigasi, baik berupa bangunan bebas maupun bangunan bendung juga terlihat. Dalam perencanaan jaringan, saluran pembawa harus diletakkan pada daerah tinggi, dapat merupakan saluran garis tinggi atau saluran garis punggung sedangkan saluran pembuang berada di lembah-lembah. Pada pembuatan peta petak digunakan peta mozaik sebagai peta situasi dan peta garis tinggi (contur) dengan skala 1 : 5000 dimana lukisan garis tinggi atau trances yang berinterval 0,5 m. Setelah peta tersebut dipelajari dengan seksama dan telah mendapatkan kesan serta informasi kemiringan lapangan, maka dapat diambil ketentuan tanah tinggi yang akan dialiri, dan tempat pengambilan di sungai. Bila bangunan pengambilan di sungai merupakan bangunan bebas (free intake) maka perlu dicarikan tempat dimana aliran sungai tidak berpindah. Sedangkan apabila bangunan pengambilan dilengkapi dengan bendung, maka harus dicari lokasi yang agak lurus lalu tentukan ketinggian saluran induk di hilir bangunan pengambilan.


I.8. Saluran
Pada jaringan irigasi, saluran pembawa dapat dibagi :
Ø  Saluran Induk (primer)
 Adalah saluran yang dimulai dari pintu pemasukan atau pengambilan bebas sampai ke bangunan bagi.
Ø  Saluran sekunder
Adalah saluran yang mengairi satu atau lebih petak tersier dan menerima air dari saluran induk atau saluran tersier sebelumnya.
Ø  Saluran tersier
Adalah saluran yang mengairi satu petak tersier dan menerima air dari saluran sekunder. Luas petak tersier 50 -– 150 ha.
Ø  Saluran kuarter
Adalah saluran yang mengairi satu petak sawah dan menerima air dari saluran tersier. Luas petak kuarter 8 -– 15 ha.
Ø  Saluran pembuang
Adalah saluran yang dipakai untuk membuang air yang telah dipakai pada petak-petak petani dan mengaliri daerah garis tinggi atau tegak lurus diatasnya dan terletak pada daerah rendah atau lembah-lembah.


I.9. Bangunan-bangunan yang ada
Pada jaringan irigasi juga terdapat beberapa bangunan, yang terdiri atas :
- Bangunan bagi
Adalah bangunan yang membagi air dari saluran induk maupun sekunder sesuai jumlah air yang dibutuhkan dalam setiap petak sekunder.
- Bangunan bagi sadap
Adalah bangunan yang membagi air dari saluran-saluran sekunder dan saluran induk, dimana terdapat bangunan sadap untuk satu atau lebih petak tersier.
- Bangunan sadap


Adalah bangunan yang membagi air dari saluran sekunder ke saluran tersier sesuai jumlah air yang dibutuhkan.
I.10.  Syarat-syarat yang Harus Dipenuhi dalam Perencanaan


Ø  Saluran kuarter :
- Petak kuarter mendapat air dari box tersier melalui saluran kuarter dengan syarat
. Panjang saluran kuarter 500 m
. Panjang antara saluran kuarter ke saluran pembuang 350 m
- Petak tersier harus mandapat air hanya dari satu bangunan sadap ke saluran induk maupun sekunder.


Ø  Petak tersier
- Harus sedapat mungkin kelihatan bebas dan jarak sawah yang terjauh dari bangunan sadap 3 km, agar dapat memudahkan dalam pembagian air.
- Luas petak tersier tergantung dari bentuk lapangan yang berkisar 50 – 150 ha.
- Batas-batas petak tersier sedapat mungkin nyata kelihatan, misalnya ditentukan menurut :
. Jalan raya / jalan desa
. Saluran induk / saluran sekunder
. Saluran pembawa / saluran pembuang
. Batas kabupaten / kecamatan / desa


I.11.  Perhitungan Luas Petak
 Untuk menhitung luas petak dengan tepat, biasanya digunakan alat plannimeter. Namun cara pendekatan, petak sawah dapat dibagi atas bentuk segitiga, trapesium, empat persegi panjang dan sebagainya, kemudian dikali skala pada peta, maka luas sesungguhnya dapat diperoleh.


I.12.  Pemberian Nama Pada Peta Irigasi
Ø  Sistem Supply
Saluran-saluran dan bangunan –bangunan dalam suatu jaringan irigasi diberi nama, dan pemberian nama tersebut dengan prinsip bahwa nama-nama harus logis sederhana tapi mampu memberikan gambaran cukup jelas mengenai daerah irigasi yang bersangkutan. Nama harus cukup pendek dan memberikan petunjuk terhadap letak bangunan, saluran pemberi, saluran drainase maupun petak-petak sawah dalam suatu daerah irigasi. Pemberian nama perlu memperhatikan kemungkinan adanya tambahan bangunan-bangunan dikemudian hari, sehingga dengan adanya bangunan-bangunan baru tersebut sistem pemberian nama yang telah dilaksanakan tidak perlu diubah. Salah satu contoh pemberian nama adalah sebagai berikut :


- Saluran primer
Diberi nama menurut nama sungai tempat mengambil air, tetapi juga diberi nama dengan cara lain misalnya menurut nama daerah yang dilayani. Misalnya suatu saluran primer mengambil air dari sungai Undi dan melayani daerah Tangga, saluran dapat diberi nama saluran Undi, juga dapat diberi nama saluran Tangga.


- Saluran Sekunder
Diberi nama desa yang dekat saluran permulaan. Misalnya saluran sekunder Iring, berarti saluran sekunder tersebut permulaannya dekat desa Iring.


- Suatu saluran dibagi menjadi bagian-bagian atau ruas-ruas. Misal suatu ruas mempunyai nama Rs2 berarti ruas itu terletak antara Bs1 dengan Bs2


-  Bangunan pembagi diberi nama seperti pemberian nama pada suatu ruas, tapi huruf R yang yang artinya ruas, diganti dengan huruf B yang berarti Bangunan. Dalam hal ini bangunan pembagi. Misalnya Bs1 berarti bangunan pembagi pada akhir ruas Rs1.


- Nama bangunan-bangunan antara bangunan pembagi diberi nama sesuai nama bangunan pembagi disebelah hilirnya, kemudian ditambah huruf kecil berturut-turut dari hulu ke arah hilir. Misalnya : Bs1a ; Bs1b ;  Bs1c ; dan seterusnya.


- Saluran tersier
Diberi nama menurut bangunan bagi dimana saluran tersier itu menerima air, dan huruf B yang berarti bangunan dihilangkan dan diberi tambahan indikasi yang memperjelas posisi saluran. Misal untuk menunjuk arah kanan diberi indikasi (ka), tengah (ta), kiri (ki). Sebagai contoh adalah saluran tersier S2ka (arah aliran pada saluran tersier itu menerima air dari Bs2 dan arah aliran pada saluran tersier itu ke sebelah sisi kanan saluran besar pada Bs2. 

1 komentar:

  1. BERMANFAAT,,,,maturnuwun mugi dados amale panjenengan sedoyo team

    ReplyDelete

CHANEL OFFICIAL